hiburan!!!!!

Posted: December 10, 2011 in mata kuliah antena dan propagasi

sepatutnya orang harus mendapatkan hiburan..seperti contoh dibawah ini…silahkan baca…..

 

Hiburan 1

Teknologi Canggih
3 Orang tengah terdiam menikmati kehangatan sauna, yaitu orang dari Amerika, Jepang dan Indonesia. Keheningan didalam ruangan sauna dipecahkan oleh bunyi, ..bip,…bip,….bip… Orang Amerika membuka telapak tangan kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis ditelapak tangannya itu. Dua rekan se ‘sauna’ nya dengan kagum melihat tulisan yang muncul ditelapak tangan orang Amerika tersebut.

“Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan chips, saya dapat langsung menerima pesan SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil ditelapak tangan saya,…” ujar si Amerika ketika melihat kedua rekannya bengong.

Sesaat kemudian terdengar dering telepon, orang Jepang mengangkat tangan kanannya, jempol didekatkan ke telinga sedangkan jari kelingking kebibirnya, “Oh maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya sudah berisi chips, saya dapat menerima dan berbicara melalui 2 jari saya tanpa menggunakan HP” kata si Jepang.

Melihat semua itu, orang Indonesia mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan untuk mengalahkan orang orang ini? pikirnya. Karena stress, keinginannya untuk buang air besar tidak tertahankan lagi.

Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh bokongnya dengan kertas toilet, seuntai kertas toilet masih berjuntai di belahan bokongnya.

Dengan keheranan orang Jepang dan orang Amerika menunjuk ke untaian kertas ‘sisa’ tsb dan berkata: “Kertas apa itu yang tergantung dibokong anda…?”

“Oh maaf, saya baru terima Fax..” jawab orang Indonesia tersebut.

 

Hiburan 2

Dilamar Raja Minyak

Seorang sekretaris nan cantik ditugaskan oleh bosnya untuk menemani seorang raja minyak dari Arab yg menjadi klien penting bagi perusahaannya. Tertarik oleh kecantikannya, si raja tiba-tiba memintanya utk menikahinya.

Tentu saja sekretaris itu terkejut namun ia teringat perintah bosnya untuk tidak mengecewakan kliennya itu dalam bentuk apapun. Karena itu, ia memikirkan cara untuk menolak ajakannya dengan halus.

“Baiklah, aku akan menikah denganmu dengan 3 syarat. Pertama, aku mau cincin kimpoi berlian 75 karat bertahtakan intan bermahkota tiga 200 karat.” Si raja Minyak dari Arab terpekur sejenak dan kemudian mengangguk, “Ok, ok Ana belikan… Ana belikan”

Menyadari keadaan ini, si wanita kembali memikirkan syarat yang lebih susah. “OK, kedua, aku mau kamu buatkan istana di New York berkamar 100 dan sebagai rumah peristirahatan, aku mau vila di tengah kota Paris dengan 200 orang pelayan, 10 Ferarri dan 5 pesawat jet pribadi.”

Sang raja minyak kembali terpekur, mengambil hand-phonenya dan mengontak sana sini. “Ok, ok, Ana buatkan…. Ana buatkan”

“Gawat !”, pikir si sekretaris. Dengan peluh segede kacang kedelai, ia kembali memikirkan syarat terakhir. Akhirnya, ia merasa mendapatkan syarat yang nyaris mustahil bisa dikabulkan oleh si raja ini. Sambil mengedipkan mata, ia berkata, “Oh, baiklah. Ini yang terakhir. Aku suka sekali dengan “hubungan intim” dan karenanya aku mau laki-laki yg menjadi suamiku mempunyai “anu” sepanjang 30 cm.”

Si raja tampak kecewa sekali dengan syarat terakhir ini. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesenggukan. Akhirnya, sambil mengusap air mata dan menatap wanita itu dengan sedih, ia berkata, “Ok, ok, Ana potong… ana potong”

Hiburan 3

Desi Ratnasari
Saat Sinta menunggu bis disebuah halte setelah pulang kuliah tiba-tiba seorang cowok menegurnya :

Cowok: “Mbak Dessy Ratnasari ya..”.

Sinta menjawab sambil setengah terkejut, “Bukan?!”

Cowok itu menunduk malu, tapi masih penasaran dan nekat bertanya lagi, “Mbak Dessy Ratnasari ya…”

Sinta menjawab setengah risih, “Bukan?!”, sambil berpikir, “apa iya aku memang mirip Dessy ya?”.

Cowok itu masih penasaran rupanya dan kembali bertanya : “Mbak… mbak Dessy Ratnasary khan?”.

Putus asa, Rini menjawab, “Iya”.

Cowok itu lalu menyahut: “Lho… kok nggak mirip”.

Hiburan 4

Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Ada 6 mahasiswi fakultas kedokteran yang sedang menunggu panggilan untuk ujian lisan untuk mata pelajaran penyakit dalam. Penguji terkenal seorang profesor top-killer. Mahasiswi pertama masuk dan langsung mendapat pertanyaan.

Profesor: sebutkan bagian badan yang dapat membesar sampai 7 kali !

Mahasiswi 1 tidak berani menjawab sambil menutup mulut dan terkikik … hihi… hihi.

Profesor: (marah)kamu pergi! dan panggil yang berikutnya!

Profesor: sebutkan bagian badan yang bisa membesar sampai 7 kali !

Mahasiswi 2 juga tidak menjawab hanya terkikik …hihi…hihi…

Sang prof tambah marah dan mengusir mahasiswi II. Sampai pada mahasiswi ke 5 jawabannya adalah sama yaitu : “hihi…hihi”. Masuklah mahasiswi ke 6…

Profesor: Sebutkan bagian badan yang dapat membesar sampai 7 kali !

Mahasiwi 6: liver, prof… Liver bisa membesar 7 kali dari ukuran biasa kalau terkena radang.

Profesor: Bagus!!! untuk kamu, jawabanmu sudah cukup memuaskan. Katakan kepada teman-temanmu itu, bahwa “hihi…hihi..” hanya bisa berkembang sampai 5 kali !!!

Hiburan 5

Surat Patah Hati
Seorang pria Penjual Rujak, sangat kecewa karena diputuskan kekasihnya yang merupakan gadis penjual sayur. Maka dia nekat mengirim surat ke mantannya tersebut

isi surat Pria Penjual Rujak :

Wajahmu memang MANGGIS, watakmu juga MELONkolis, tapi hatiku NANAS karena cemburu hingga SIRSAK nafasku, hatiku ANGGUR lebur. Ini memang sebuah DELIMA dalam hidupku, memang SALAKku, jarang APEL malam minggu.
Ya Tuhan, mohon BELIMBINGANmu, kalau memang per-PISANG-an ini baik untukku, SEMANGKA kau bisa bahagia dengan yang lain

Sang gadis penjual sayur membaca surat itu, kemudian membalasnya :

Membalas KENTANG suratmu itu, BROKOLI sudah kubilang, jangan setiap aku datang rambutmu selalu KUCAI, JAGUNGmu gak pernah dicukur. Disuruh datang malam minggu, eh nongolnya LABU.
Di tambah lagi kondisi keuanganmu makin hari makin PARE, kalau mau menelpon saja mesti ke WORTEL dulu…CABE deh…

Hiburan 6

Seorang koboi pergi ke bar naik kudanya. Setelah mengikat kudanya, ia masuk ke dalam, pesan minuman, lalu bergegas pergi. Ternyata kudanya hilang! Dia masuk kembali ke bar sambil berteriak, “Siapa yg mencuri kuda saya?”

Tak seorang pun menjawab.

Si koboi berkata lagi, “OK. Saya tunggu 10 menit. Jika dalam waktu itu tidak ada yang mengaku, terpaksa saya akan melakukan apa yang telah saya lakukan di Texas. Dan terus terang aku tidak suka melakukan lagi hal itu.”

Satu per satu pengunjung berlari terbirit2 keluar. Sampai tak ada seorangpun berada di dalam Bar, kecuali si Bartender. Saat si Koboi melongok keluar, ternyata kudanya telah kembali berada di tempatnya semula.

Dengan gemetar ketakutan bercampur senang karena kuda si Koboi telah kembali, bartender bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di Texas?”

Koboi itu menjawab, “Saya terpaksa berjalan kaki pulang.”

 

Rayuan Gembel…

 

  1. Bapakmu juragan kapling ya? | Kok tau? | Karena kau telah mengkapling hati #GombalProperti
  2. Bapakmu kontraktor ya? | Kok tau? | Karena kau telah membangun pondasi cinta di hatiku. #GombalPropertiBapak kamu manajer proyek ya? | Kok tau? | Karna kamu telah membangun jaringan utilitas cinta di hatiku. #GombalProperti
  3. Bapak kamu manajer proyek ya? | Kok tau? | Karna kamu telah membangun jaringan utilitas cinta di hatiku. #GombalProperti
  4. Bapakmu punya toko bangunan ya? | Kok tahu? | Karna kamu telah menumpuk bata-bata cinta di hatiku. #GombalProperti
  5. Bapakmu investor properti ya? | Kok tau? | Karna kamu telah menginvestasi benih cinta di hatiku #GombalProperti .
  6. Bapakmu punya hotel ya? | Kok tau? | Rasanya ingin menginap di hatimu. #GombalProperti via @zaki_zamzam
  7. Bpk km developer perumahan ya? | Kok tau? | Krn di cluster hatiku hanya km akses keluar masuk satu2nya #GombalProperti via @AugustPrast
  8. Bapakmu pasti developer ya? | Kok tahu? | Karena beliau bilang kaulah properti terbaik utk hatiku. #GombalProperti via @egaburns
  9. Ibu kamu arsitek ya? | Kok tau? | Karena kamu telah mendesain ruang hatiku lebih indah. #GombalProperti
  10. Ibu kamu marketing properti ya? | Kok tau? | Karna kamu telah mem-booking kapling hatiku. #GombalProperti
  11. Jika aku fasum, kamu fasosnya. | Kenapa? | Karna itu menaikkan appraisal kawasan cinta kita. #GombalProperti
  12. Jika aku semen, kamu pasirnya. | Kenapa? | Biar cinta kita seperti beton, merekat kuat dan tahan lama. #GombalProperti
  13. Jika kamu pintu, aku kuncinya | Kok bisa? | Agar aku bisa membuka pintu hatimu. #GombalProperti
  14. Perumahan kamu gak ada peil banjirnya ya? | Kok tau? | Karena kamu telah membanjiri hatiku dengan cintamu. #GombalProperti
  15. Boleh gak aku minta tolong? | Tolong apa? | Sambut aku di teras hatimu. #GombalProperti
  16. Boleh gak aku minta tolong? | Tolong apa? | Naungi aku dengan atap cintamu. #GombalProperti
  17. By the way, kita harus segera bikin perjanjian lho. | Kenapa? | Karna kamu HOT DEAL cintaku. #GombalProperti
  18. Yuk kita ke BPN! | Ngapain? | Ningkatin hubungan dari HGB ke Hak Milik. #GombalProperti inspired by @arizuchri
  19. Sayang, aku ingin ke notaris bersama kamu | Kenapa? | Aku ingin segera meng-AJB-kan cintaku padamu. #GombalProperti
  20. Ak suka baca buku. Sayangnya ada satu buku yang aku belum punya. | Buku apa? | Buku Nikah denganmu. #GombalProperti

PENCITRAAN BIOMEDIS

1.    SinaR-X

Salah satu momen penting dalam pemakain citra untuk membantu diagnosa medis adalah penemuan sinar-X pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berenergi tinggi pada inti atom berat. Kemampuan dari sinar-X menembus benda disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah karena panjang gelombang sinar ini sangat kecil dan yang kedua karena sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang berinteraksi lemah dengan benda pada umumnya.

Kurang lebih satu bulan setelah penemuan sinar-X ini, yaitu pada tanggal 22 Desember 1895. foto sinar-X pertama berhasil diambil. Foto ini, yang merupakan radiograf dari tangan istri Rontgen, diambil dengan waktu penyinaran sekitar 57 menit. Tentu saja waktu itu belum disadari adanya bahaya radiasi. Tahun berikutnya, pada 1896, berhasil diperoleh radiograf dari kepala. Sekitar 6 tahun setelah penemuannya, W.R. Rontgen mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Fisika.

Image       Image

Gbr. Peralatan Sinar-X Modern

Sinar-X tidak hanya dipakai dalam dunia kedokteran. Kemampuan menembus benda dan panjang gelombang yang sesuai, membuat sinar ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian di bidang Fisika zat padat untuk melihat susunan atom dalam kirstal atau bahan lain. Dengan ditemukannya kamera CCD (Charged Coupled Device), peralatan sinar-X dijital mulai dikembangkan. Saat ini sudah banyak rumah sakit yang memiliki sinar-X dijital ini.

Seiring perkembangan teknologi komputer dan dengan adanya sinar-X dalam bentuk dijital, berbagai teknik pengolahan juga mulai dikembangkan. Salah satu diantaranya adalah DSA (Digital Substraction Angiography), suatu teknik pengolahan citra sinar-X yang relatif sederhana namun memiliki manfaat yang besar. Pada pasien yang ingin diketahui citra aliran darah pada daerah tubuh tertentu, dilakukan pengambilan radiograf sebanyak duakali pada tempat yang sama. Pengambilan pertama dilakukan secara biasa, sedangkan pada pengambilan yang kedua, pasien terlebih dahulu disuntik dengan zat tertentu yang bisa memberikan kontras pada sinar-X. Dengan mengurangi citra kedua terhadap citra pertama, gambar latar belakang—yaitu organ lain yang tidak dimasuki oleh zat kontras, akan hilang; sedangkan aliran darah yang membawa zat tersebut akan kelihatan.

Image

Gbr Citra DSA (Digital Substraction Angioghrapy)

Salah satu milestone dalam perkembangan radiografi dijital adalah ditemukannya CT (Computed Tomography), dimana citra bagian dalam tubuh—irisan-demi irisan, bisa didapatkan tanpa secara fisik melakukan pembedahan.

2.    Computed Tomography (CT)

Sejarah tomografi berawal jauh sebelum ditemukannya teknik pengolahan citra digital, yaitu pada tahun 1917 ketika Radon mempublikasikan artikelnya yang kemudian dikenal sebagai transformasi Radon. Selama bertahun-tahun orang tidak tahu kegunaan dari transformasi ini, hingga pada era 1960-an ketika beberapa peneliti mengembangan teknik tomografi transmisi sinar-X. Siapa yang sebenarnya pertamakali menemukan CT (Computed Tomography atau Computerized Tomography) masih merupakan kontroversi [Webb]. Namun pengakuan diberikan kepada Godfrey Hounsfield dan Allan Cormack yang pada tahun 1971 membangun CT. Delapan tahun kemudian, pada tanggal 10 Desember 1979, kedua ilmuwan ini mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi (Medicine and Physiology) untuk penemuan tersebut

Image

Gbr Berbagai macam CT masa kini

Pada sebuah perangkat CT terdapat suatu (larik) sumber sinar-X di satu sisi dan sederetan pengindera sinar-X disisi lain. Karena sinar-X dapat dianggap berjalan lurus menembus benda, dalam hal ini tubuh pasien, maka setiap pengindera akan menangkap tingkat redaman pada lintasan tertentu yang diambil pada sudut tertentu pula. Jika data redaman untuk sederetan berkas ini diperoleh untuk satu putaran penuh, baik dengan cara memutar secara mekanis maupun dengan penempatan sumber sinar dan pengindera yang melingkupi seluruh benda, maka dengan bantuan transformasi Radon, data yang diperoleh bisa diterjemahkan sebagai suatu citra irisan. Dengan mengambil irisan pada berbagai tempat, yaitu dengan cara menggeser sedikit demi sedikit ke sumbu yang tegak lurus bidang sinar-pengindera, maka akan diperoleh sederetan citra irisan. Selanjutnya citra-citra irisan ini dapat dipakai untuk membuat gambaran dimensi tiga (3D) dari tubuh pasien tersebut. Bahkan untuk CT yang berkecepatan tinggi, citra dimensi empat (4D)—yaitu gambaran 3D dari bagian tubuh yang berubah terhadap waktu, dapat diperoleh. Hal ini sangat bermanfaat untuk melihat mekanisme kerja organ tubuh, misalnya jantung, untuk mengamati jika terjadi kelainan fungsi organ.

Image  Image

Gbr Citra CT irisan kepala dan hasil volume rendering isrisan CT

3.    Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

Dasar dari pencitraan resonansi magnetik (MRI-Magnetic Resonance Imaging) adalah fenomena resonansi magnetik inti benda. Resonansi magnetik adalah getaran inti atom (necleon) karena adanya penyearahan momen magnetik inti dari bahan oleh medan magnetik luar dan rangsangan gelombang EM yang tepat dengan frekuensi gerak gasing inti tersebut. Jadi ada dua hal yang menyebabkan adanya peristiwa ini. Yang pertama yaitu medan magnetik luar B0 yang menyearahkan momen magnetik inti dari benda yang tadinya acak. Selanjutnya inti atom membuat gerak gasing dengan frekuensi fL yang disebut sebagai frekuensi Larmor. Medan EM ari luar dengan frekuensi yang tepat sama dengan fL akan diserap oleh inti sehingga terjadi peristiwa resonansi. Frekuensi Larmor berbanding lurus dengan medan magnetik luar B0 dam koefisien nisbah giromagnetik yang bergantung dari jenis atom. Dengan mengatur B0 yang bergantung koordinatspasial (x,y,z) maka dapat diketahui posisi (sekumpulan) inti atom yang memancarkan frekuensi tertentu.

Image   Image

Gbr peralatan MRI masa kini

Peralatan MRI dibuat pertamakali pada tahun 1970-an oleh Paul Lauterbur dan Peter Mansfield. Karena manfaatnya yang besar dan pemakaiannya yang luas, terutama pada dunia kedokteran, keduanya mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi pada tahun 2003. Beberapa rumah sakit di Indonesia telah memilliki peralatan MRI ini, diantaranya di RS Borromeus dan RS Hasan Sadikin, di Bandung.

Image  Image

Gbr Hasil Pencitraan MRI

Seperti halnya CT, pencitraan MRI menggunakan prinsip tomografi transmisi. Oleh karena itu, gambar irisan dari tubuh pasien bisa diperoleh. Demikian pula, citra 3D dan 4D dapat direkonstruksi dari irisan-irisan MRI. Fungsional MRI (fMRI) adalah teknik MRI untuk melihat berfungsinya organ tubuh, dimana diperlukan pencitraan berkecepatan tinggi. Yang menjadi trend saat ini (2005) adalah Ultra High Field (UHF) MRI. Dengan medan magnet yang semakin kuat, menggunakan super konduktor, maka resolusi citra bisa sangat tinggi.

4.    Pencitraan Dengan Radiasi Nuklir

Penemuan radiasi oleh inti atom membawa pengaruh pada dunia kedokteran, setidaknya dalam dua aspek. Yang pertama adalah penggunaan radiasi nuklir untuk pengobatan dan yang kedua untuk pencitraan. Pengobatan dengan radiasi nuklir biasanya dipakai untuk mematikan sel-sel kanker, baik radiasi dari luar tubuh maupun dengan cara menginjeksikan zat radioaktif kedalam tubuh. Demikian pula, sebenarnya pencitraan dengan radiasi nuklir bisa dilakukan dengan kedua cara tersebut—dari luar maupun dari dalam tubuh. Karena kebanyakan radiasi nuklir berjalan lurus, prinsip tomografi serapan (transmission tomography) seperti pada CT bisa diterapkan. Beberapa perkembangan yang perlu dicatata adalah sebagai berikut. Pada tahun 1954, David Kuhl mengembangkan photo recording radionuclide Scanner. Sepuluh tahun kemudian, pada 1964, DE Kuhl & Roy Edwards membangun Emission Tomography Scanner (Mark II) dan pada 1976 di Univ. Pennsylvania dikembangkan FDG (fluorodeoxyglucose) Positron Emission Tomography (PET). Selanjutnya pada 1981 dibangun kamera sintilasi. 

ImageImage

PET scanner dan citra gabungan PET-CT

Dari sisi resolusi, PET jauh jika dibandingkan dengan CT maupun MRI. Namun demikian PET memiliki kelebihan yaitu melakukan pencitraan molekular. Dalam hal ini, zat tertentu yang diketahui sirkulasinya dalam tubuh dibuat bersifat radioaktif yang meluruhkan positron, dengan waktu paruh singkat. Positron yang dipancarkan segera akan beranihilasi dengan elektron dan memunculkan dua sinar gamma yang merambat pada arah berlawanan. Selanjutnya berkas sinar ini ditangkap oleh pengindera gamma untuk diolah. Biasanya citra keluaran PET digabungkan dengan citra MRI atau CT untuk mengetahui lokasi pemancaran positron dengan lebih teliti.

5.    Pencitraan Ultrasonik (USG)

Barangkali USG adalah peralatan pencitraan kedua yang populer setelah pencitraan sinar-X. Pada tahun 1942, Theodore Dusik menemukan alat pencitra ultrasonik. Dalam peralatan ini, fan-beam ultrasonik dipancarkan dan gemanya direkam oleh susunan (array) mikrofon. Dengan mengumpulkan data-data pantulannya (echo), maka citra 2D dapat dibangun.

Perkembangan terbaru adalah ditemukannya USG 3D (dan 4D, yaitu USG 3D yang berubah terhadap waktu), oleh Kazuniori Baba pada tahun 1984. Citra 3D diperoleh dari pandangan stereoskopik dan rendering dengan teknik Computer Graphics. Hasil yang diperoleh bisa memberikan gambaran yang lebih jelas dan hidup dibandingkan dengan citra 2D.

6.    Teknik Pencitraan Biomedika Lainnya

Disamping teknik pencitraan yang telah dijelaskan, ada beberapa macam teknik pencitraan lain yang bisa dikategorikan kedalam pencitraan biomedika, tetapi belum dikenal secara luas dalam dunia kedokteran, terutama di tanah air, yaitu: endoskopi, pencitraan retina, MEG (magneto enchepalo-graphy), dan macam-macam mikroskop.

Image  Image

Teknik pencitraan endoskopi dan kapsul endoskopi

Endoskopi adalah teknik pencitraan bagian dalam tubuh dengan cara memasukkan kamera kecil atau peralatan lain sehingga organ yang diinginkan dapat teramati. Perkembangan paling baru dari teknik ini adalah dikembangkannya peralatan berbentuk kapsul yang didalamnya dilengkapi dengan kamera dan sirkit elektronik pendukung, misalnya pemancar radio. Kapsul ini ditelan oleh pasien, dan selama perjalanan didalam usus, alat ini memancarkan citra/video hasil pengamatan keluar. Dengan demikian, dokter dapat melihat bagian mana dari usus yang sakit, misalnya terkena infeksi/luka. Pencitraan retina dilakukan oleh dokter mata untuk melihat kelainan mata pasien, melihat kontur kornea mata untuk pembedahan lasik, atau mendiagnosis penyakit yang gejalanya dapat diamati dari mata, misalnya diabetes (Gambar fff). Untuk pencitraan kornea atau iris, bisa dipakai kamera dijital yang digabung dengan peralatan optik pencitra mata.

Image

Sisteem diagnosis diabetes berdasarkan citra fundus

 MEG adalah teknik mendeteksi medan magnet dari otak dan melihat sebarannya. Saat tak melakukan aktivitas, neuron-neuron akan melakukan firing yaitu menjadi aktif dan mengirimkan sinyal listrik. Tentu saja sinyal ini menimbulkan medan magnet, sesuai hukum Maxwell. Deteksi medan magnet ini sangat sulut karena kecilnya fluks yang dibangkitkan, sehingga dipakai peralatan pendeteksi magnet yang supersensitif, yaitu SQUID (Superconducting Quantum Interference Device).

Mikroskop barangkali adalah salah satu alat bantu ”pencitra” kedokteran yang telah dikenal lama. Ditemukan oleh Joannes & Zacharios Jansen tahun pada 1595, mikroskop mengalami banyak kemajuan pesat. Untuk keperluan pencitraan, orang bisa memasang kamera dijital untuk mengambil citranya. Perkembangan mikroskop yang cukup signifikan antara lain:

Penemuan mikroskop phase contrast oleh Zernicke (Nobel Prize, 1953)

• Penemuan mikroskop elektron pada 1931 oleh Ernst Ruska (Nobel Prize, 1986)

• Mikroskop akustik

• STM: Scanning Tunnel Microscope, ditemukan oleh G. Binnig, dan H Rohrer pada tahun 1979 (juga Nobel Prize, 1986)

• AFM: Atomic Force Microscope

ImageImage

Mikroskop lama tunggal jensen da mikroskop elektron

sistem komunikasi II

Posted: May 10, 2011 in sistem komunikasi

Bit error rate


Bit error rate atau Bit error ratio biasa disingkat dengan BER, merupakan sejumlah bit digital bernilai tinggi pada jaringan transmisi yang ditafsirkan sebagai keadaan rendah atau sebaliknya, kemudian dibagi dengan sejumlah bit yang diterima atau dikirim atau diproses selama beberapa periode yang telah ditetapkan.

Sebagai contoh, diasumsikan berikut ini urutan bit yang ditransmisikan:

0 1 1 0 0 0 1 0 1 1,

dan pada alat penerima akan menterjemahkan urutan bit sebagai berikut:

0 0 1 0 1 0 1 0 0 1,

Maka BER pada kasus ini ada 3 kesalahan penafsiran bit (yang digaris bawah) kemudian sebagai nilai BER yang dihasilkan adalah nilai kesalahan ini dibagi dengan sejumlah bit yang kirim yaitu 10 bit, sehingga didapatkan 0.3 atau 30%.

Kesalahan bit e probabilitas p adalah nilai harapan dari BER. BER ini dapat dianggap sebagai estimasi perkiraan probabilitas kesalahan bit.  Perkiraan ini cukup akurat untuk interval waktu yang lama dipelajari dan sejumlah besar kesalahan bit.

Packet tingkat kesalahan

Kesalahan paket rate (PER) adalah jumlah paket data yang ditransfer tidak benar dibagi dengan jumlah paket yang ditransfer. Sebuah paket diasumsikan tidak benar jika paling tidak satu bit tidak benar. Nilai harapan PER yang dilambangkan paket probabilitas kesalahan p p, yang untuk panjang paket data bit N dapat dinyatakan sebagai:

p p = 1 − (1 − p e ) N , p p = 1 – (1 – e p) N,

asumsi bahwa kesalahan sedikit yang independen satu sama lain Untuk probabilitas kesalahan bit yang kecil, ini adalah sekitar:

Faktor-faktor yang mempengaruhi BER

Dalam sistem komunikasi, BER sisi penerima mungkin akan terpengaruh oleh saluran transmisi noise , interferensi , distorsi , sinkronisasi bit masalah, redaman , nirkabel multipath fading , dll

BER ini dapat ditingkatkan dengan memilih kekuatan sinyal yang kuat (kecuali ini menyebabkan lintas-talk dan kesalahan sedikit lebih), dengan memilih lambat dan kuat modulasi atau skema line coding skema, dan dengan menerapkan pengkodean kanal skema seperti berlebihan maju koreksi kesalahan kode .

BER transmisi adalah jumlah bit yang salah terdeteksi sebelum koreksi kesalahan, dibagi dengan jumlah bit yang ditransfer (termasuk kode kesalahan berlebihan). BER informasi, kira-kira sama dengan probabilitas kesalahan decoding, adalah jumlah bit decode yang tetap salah setelah koreksi kesalahan, dibagi dengan jumlah bit diterjemahkan (informasi yang berguna). Biasanya BER transmisi lebih besar dari BER informasi. BER informasi dipengaruhi oleh kekuatan kode kesalahan koreksi ke depan.

Analisis BER

BER mungkin dianalisa dengan menggunakan simulasi komputer stokastik. Jika transmisi sederhana saluran model dan sumber data model diasumsikan, BER juga dapat dihitung secara analitik. Sebuah contoh dari model sumber data adalah Bernoulli sumber.

Contoh seperti model saluran sederhana adalah:

Sebuah skenario terburuk adalah saluran-benar acak, di mana kebisingan benar-benar mendominasi selama sinyal berguna. Hal ini menghasilkan BER transmisi sebesar 50% (dengan ketentuan bahwa suatu Bernoulli biner sumber data dan kanal simetris biner diasumsikan, lihat di bawah).

Ket gambar di atas:

Bit-error rate kurva untuk BPSK , QPSK , 8-PSK dan 16-PSK, AWGN channel.

Ket gambar di samping

BER perbandingan antara BPSK dan -encoded BPSK diferensial dengan abu-abu-coding yang beroperasi di white noise.

Dalam saluran bising, BER sering dinyatakan sebagai fungsi dari dinormalisasi -to-noise rasio carrier mengukur dinotasikan Eb/N0 , (energi per bit terhadap noise rasio kepadatan spektral daya), atau Es/N0 (energi per simbol modulasi untuk kepadatan spektral noise).

Misalnya, dalam kasus QPSK modulasi dan kanal AWGN, BER sebagai fungsi dari Eb/N0 diberikan oleh: B E R = 1 / 2 r e c f (E b / N 0 / q r s t (2 )).

Orang biasanya plot BER kurva untuk menggambarkan fungsionalitas dari sistem komunikasi digital.. Dalam komunikasi optik, BER (dB) vs Diterima Power (dBm) biasanya digunakan, sedangkan dalam komunikasi nirkabel, BER (dB) vs SNR (dB) digunakan.

Mengukur rasio kesalahan bit membantu orang memilih yang sesuai depan koreksi kesalahan kode. Karena kode seperti yang paling benar hanya sedikit-membalik, tetapi tidak dengan bit-bit insersi atau delesi, yang jarak Hamming metrik adalah cara yang tepat untuk mengukur jumlah kesalahan bit. Banyak FEC coders juga terus mengukur BER saat ini.

Sebuah cara yang lebih umum untuk mengukur jumlah kesalahan bit adalah jarak Levenshtein. Jarak pengukuran Levenshtein lebih tepat untuk mengukur kinerja kanal mentah sebelum sinkronisasi frame , dan bila menggunakan kode koreksi kesalahan yang dirancang untuk memperbaiki bit-bit sisipan dan penghapusan, seperti Marker Kode dan Watermark Kode.

Rumus Matematika

BER adalah kemungkinan salah tafsir sedikit karena w kebisingan listrik (t). Considering a bipolar NRZ transmission, we have Menimbang transmisi NRZ bipolar, kami telah

x 1 (t) = A w + (t) untuk “1” dan x 0 (t) = – A + w (t) untuk “0”. Setiap x 1 (t) dan x 0 (t) memiliki periode T.

Mengetahui bahwa kebisingan memiliki densitas spektral bilateral , ,

x 1 (t)

dan x 0 (t) . .

Kembali ke BER, kita memiliki kemungkinan salah tafsir bit p e = p (0 | 1) p 1 + p (1 | 0) p 0.

dan

dimana λ adalah ambang keputusan, set ke 0 jika p 1 = p 0 = 0,5.

Kita dapat menggunakan energi rata-rata dari sinyal E = A 2 T untuk menemukan ekspresi terakhir:

±§ ± §

Bit Error Rate Test

Bert atau Bit Error Rate uji adalah metode pengujian untuk sirkuit komunikasi digital yang menggunakan pola stres yang telah ditentukan yang terdiri dari urutan yang logis dan nol yang dihasilkan oleh pseudorandom biner sequencer .

Sebuah Bert biasanya terdiri dari generator pola uji dan penerima yang dapat diatur dengan pola yang sama. Mereka dapat digunakan di pasang, dengan satu di kedua ujung link transmisi, atau tunggal pada salah satu ujungnya dengan loopback pada akhir remote. Bert biasanya berdiri sendiri khusus instrumen, namun dapat Personal Computer berbasis. Dalam penggunaan, jumlah kesalahan, jika ada, dihitung dan disajikan sebagai perbandingan seperti 1 dalam 1.000.000, atau 1 di 1e06.

Jenis-jenis pola stres Bert

  • PRBS (Pseudo Random urutan biner) – Sebuah pseudorandom biner sequencer N Bits. Pola urutan ini digunakan untuk mengukur jitter dan masker mata TX-Data di optik data link dan listrik.
  • QRSS (Kuasi Random Signal Source) – Sebuah biner sequencer pseudorandom yang menghasilkan setiap kombinasi dari kata-bit 20, berulang setiap 1.048.575 bit, dan menekan angka nol berturut-turut tidak lebih dari 14. Ini berisi urutan high-density, low-density urutan, dan urutan bahwa perubahan dari rendah ke tinggi dan sebaliknya. Pola ini juga merupakan pola standar yang digunakan untuk mengukur jitter.
  • 3 dalam 24 – Pola berisi string terpanjang dari nol berturut-turut (15) dengan kepadatan yang terendah (12,5%). Pola ini secara bersamaan yang menekankan densitas minimum dan jumlah maksimum nol berturut-turut. Para D4 format frame dari 3 dalam 24 dapat menyebabkan D4 Kuning Alarm untuk sirkit frame tergantung pada jajaran dari satu bit untuk bingkai.
  • Ini hanya memiliki satu pun dalam urutan mengulangi 8-bit. Pola ini menekankan kepadatan yang minimum sebesar 12,5% dan harus digunakan saat fasilitas pengujian ditetapkan untuk B8ZS coding sebagai 3 di 24 meningkat 29,5% pola konversinya ke B8ZS .
  • Min / Max – Pola perubahan urutan cepat dari kepadatan rendah kepadatan tinggi. Kebanyakan berguna ketika menekankan repeater’s Albo fitur.
  • Semua Ones (atau Markus) – Sebuah pola terdiri dari satu-satunya. Pola ini menyebabkan repeater untuk mengkonsumsi jumlah maksimum kekuasaan. Jika DC untuk pengulang diatur dengan benar, repeater tidak akan kesulitan transmisi urutan yang panjang. Pola ini harus digunakan bila pengukuran peraturan span kekuasaan. Suatu yang semua pola dibingkai digunakan untuk menunjukkan suatu AIS (juga dikenal sebagai alarm Blue).
  • Semua Zero – Sebuah pola terdiri dari nol saja. Hal ini efektif dalam menemukan peralatan misoptioned untuk AMI , seperti serat / input radio multiplex kecepatan rendah.
  • Bolak 0s dan 1s – Sebuah pola yang disusun oleh dan nol.
  • 2 di 8 – Pola berisi maksimum empat nol berturut-turut. Tidak akan memanggil B8ZS urutan delapan nol karena berturut-turut yang diperlukan untuk menyebabkan B8ZS substitusi. Pola ini efektif dalam menemukan peralatan misoptioned untuk B8ZS .
  • BridgetapJembatan keran dalam rentang yang dapat dideteksi dengan menggunakan sejumlah pola uji dengan berbagai orang dan kepadatan nol. Tes ini menghasilkan pola uji 21 dan berlangsung selama 15 menit. Jika kesalahan sinyal terjadi, span mungkin memiliki satu atau lebih keran jembatan. Pola ini hanya efektif untuk T1 rentang yang mengirimkan sinyal mentah. Modulasi yang digunakan pada HDSL mencakup meniadakan Bridgetap ‘pola kemampuan untuk menemukan keran jembatan.
  • Multipat – Tes ini menghasilkan 5 tes pola yang digunakan umumnya untuk memungkinkan DS1 pengujian span tanpa harus memilih setiap pola tes secara individual. Pola: Semua Ones, 1:7, 2 di 8, 3 di 24, dan QRSS.
  • T1-DALY dan 55 oktet – Setiap pola-pola ini mengandung lima puluh lima (55), oktet delapan bit data secara berurutan bahwa perubahan cepat antara kepadatan rendah dan tinggi. Pola ini digunakan terutama untuk menekankan sirkuit Albo dan equalizer tetapi mereka juga akan menekankan pemulihan waktu. 55 octet memiliki lima belas (15) nol berturut-turut dan hanya dapat digunakan dibingkai tanpa melanggar persyaratan yang density. Untuk sinyal berbingkai, pola T1-DALY harus digunakan. Kedua pola akan memaksa B8ZS kode di sirkuit optioned untuk B8ZS.

Bit Error Rate Tester

Bit Error Rate Tester (Bert), als dikenal sebagai Bit Error Ratio Tester atau Bit Error Rate Solusi Test (Betts) adalah suatu peralatan pengujian elektronik. Hal ini digunakan untuk menguji kualitas sinyal transmisi komponen tunggal atau sistem lengkap.

Blok bangunan utama dari sebuah Bit Error Rate Tester adalah:

  • Pola Generator , yang mentransmisikan pola tes didefinisikan sebagai DUT atau sistem uji
  • Error Detector terhubung ke sistem DUT atau tes, untuk menghitung kesalahan yang dihasilkan oleh DUT atau sistem uji
  • Jam untuk sinkronisasi generator pola dan detektor kesalahan
  • Komunikasi Penganalisa adalah opsional untuk menampilkan sinyal yang ditransmisikan atau diterima
  • Listrik-Optical converter dan konverter Optik-listrik untuk pengujian sinyal komunikasi optik.

 

Signal-to-noise rasio

Signal -to noise rasio (sering disingkat SNR atau S / N) adalah ukuran yang digunakan dalam ilmu dan rekayasa untuk mengukur berapa banyak sinyal telah rusak oleh kebisingan . Hal ini didefinisikan sebagai rasio dari daya sinyal terhadap daya noise merusak sinyal. ebuah rasio yang lebih tinggi dari 1:1 menunjukkan sinyal lebih dari kebisingan. Sementara SNR sering dikutip untuk sinyal-sinyal listrik, dapat diterapkan untuk setiap bentuk sinyal (seperti tingkat isotop dalam inti es atau biokimia isyarat antara sel-sel).

Dalam istilah teknis yang kurang, sinyal-to-noise rasio membandingkan tingkat sinyal yang diinginkan (seperti musik) dengan tingkat kebisingan latar belakang. Semakin tinggi rasio, kebisingan yang kurang menonjol latar belakang.

“Sinyal-untuk rasio-noise” kadang-kadang digunakan secara informal untuk merujuk pada rasio informasi yang berguna untuk data palsu atau tidak relevan dalam percakapan atau pertukaran. Misalnya, dalam forum diskusi online dan komunitas online lainnya, off-topik posting dan spam dianggap sebagai “noise” yang mengganggu dengan “sinyal” dari diskusi yang sesuai.

Definisi

Signal-to noise rasio didefinisikan sebagai kekuatan rasio antara sinyal (informasi yang berarti) dan latar belakang noise (sinyal yang tidak diinginkan):

dimana P adalah daya rata-rata. Baik kekuatan sinyal dan kebisingan harus diukur pada titik yang sama atau setara dalam sistem, dan dalam sistem yang sama bandwidth . Jika sinyal dan kebisingan diukur di sama impedansi , maka SNR dapat diperoleh dengan menghitung kuadrat dari amplitudo rasio:

di mana A adalah root mean square (RMS) amplitudo (misalnya, tegangan RMS). Karena banyak sinyal yang sangat luas memiliki dynamic range , SNRs sering dinyatakan dengan menggunakan logaritmik desibel skala. Dalam desibel, SNR didefinisikan sebagai

yang dipersamakan dapat ditulis menggunakan rasio amplitudo sebagai

Konsep rasio signal-to-noise dan dynamic range berkaitan erat. Dynamic range mengukur perbandingan antara-kuat un distorsi sinyal pada saluran dan sinyal discernable minimum, yang untuk sebagian besar tujuan adalah tingkat kebisingan. SNR mengukur perbandingan antara tingkat sinyal sewenang-wenang (tidak perlu sinyal yang paling kuat mungkin) dan kebisingan. Pengukuran sinyal-to noise rasio-memerlukan pemilihan atau referensi sinyal representatif. Dalam teknik audio , sinyal referensi biasanya adalah gelombang sinus pada standar nominal atau tingkat keselarasan , seperti 1 kHz pada +4 DBU (1,228 V RMS).

SNR biasanya diambil untuk menunjukkan rasio signal-to-noise rata-rata, karena ada kemungkinan bahwa (dekat) sesaat sinyal-to-noise rasio akan jauh berbeda. Konsep ini dapat dipahami sebagai normalisasi tingkat kebisingan untuk 1 (0 dB) dan mengukur sejauh mana sinyal ‘menonjol’.

 

Definisi Alternatif

Definisi alternatif SNR sebagai kebalikan dari koefisien variasi , yaitu, rasio rata-rata untuk deviasi standar dari suatu sinyal atau pengukuran:

dimana μ adalah sinyal mean atau nilai yang diharapkan dan σ adalah deviasi standar dari kebisingan, atau perkiraan daripadanya. Perhatikan bahwa seperti definisi alternatif hanya berguna untuk variabel yang selalu positif (seperti jumlah foton dan pencahayaan ). Oleh karena itu umumnya digunakan dalam pengolahan citra, dimana SNR dari suatu gambar biasanya dihitung sebagai rasio dari rata nilai piksel dengan standar deviasi dari nilai-nilai piksel atas lingkungan yang diberikan . Kadang-kadang SNR didefinisikan sebagai kuadrat dari definisi alternatif di atas.

Rose kriteria (bernama setelah Albert Rose ) menyatakan bahwa SNR minimal 5 diperlukan untuk dapat membedakan fitur gambar di% kepastian 100. Sebuah SNR kurang dari 5 berarti kurang dari 100% kepastian dalam detil gambar mengidentifikasi.

Namun alternatif lain, spesifik dan definisi yang sangat berbeda SNR digunakan untuk menandai sensitivitas sistem pencitraan, lihat perbandingan sinyal terhadap noise  .

langkah-langkah terkait adalah ” rasio kontras “dan”-to-noise rasio kontras “.

SNR Meningkatkan dalam praktek

Perekaman suara dari analisis termogravimetri perangkat yang buruk terisolasi dari sudut pandang mekanis; tengah kurva menunjukkan suara lebih rendah, karena aktivitas manusia di sekitarnya yang lebih rendah di malam hari.

Semua pengukuran nyata merasa terganggu oleh kebisingan. Hal ini meliputi bising elektronik, tetapi juga dapat termasuk peristiwa eksternal yang mempengaruhi fenomena diukur – angin, getaran, tarikan gravitasi bulan, variasi suhu, variasi kelembaban, dll tergantung pada apa yang diukur dan sensitivitas perangkat. Hal ini sering mungkin untuk mengurangi kebisingan dengan mengendalikan lingkungan. Jika tidak, ketika karakteristik kebisingan dikenal dan berbeda dari sinyal, adalah mungkin untuk menyaring atau untuk memproses sinyal. Ketika sinyal konstan atau periodik dan kebisingan adalah acak, adalah mungkin untuk meningkatkan SNR dengan rata-rata pengukuran.

Sinyal Digital

Ketika pengukuran adalah digital, jumlah bit yang digunakan untuk mewakili pengukuran menentukan maksimum yang mungkin signal-to-noise rasio. Hal ini karena mungkin minimum noise level adalah kesalahan yang disebabkan oleh kuantisasi dari sinyal, kadang-kadang disebut kebisingan Kuantisasi . Tingkat kebisingan adalah non-linear dan sinyal-tergantung; perhitungan yang berbeda ada untuk model sinyal yang berbeda. Kebisingan kuantisasi dimodelkan sebagai sinyal analog kesalahan dijumlahkan dengan sinyal sebelum kuantisasi (“noise aditif”).

Ini SNR maksimum teoritis mengasumsikan sinyal input yang sempurna. Jika sinyal input sudah bising (seperti yang biasanya terjadi), kebisingan sinyal mungkin lebih besar dari kebisingan kuantisasiReal -ke-digital converter analog juga memiliki sumber-sumber lain dari kebisingan yang selanjutnya menurunkan SNR dibandingkan dengan maksimum teoritis dari kebisingan kuantisasi ideal, termasuk penambahan sengaja gentar .

Meskipun Tingkat kebisingan di suatu sistem digital yang dapat dinyatakan dengan menggunakan SNR, lebih umum untuk menggunakan E b / N o , energi per bit per kerapatan spektral daya noise.

Kesalahan modulasi rasio (MER) adalah ukuran dari SNR dalam termodulasi sinyal digital.

titik tetap

Untuk-bit bilangan bulat n dengan jarak yang sama antara tingkat kuantisasi ( kuantisasi seragam ) dengan rentang dinamis (DR) juga ditentukan.

Dengan asumsi distribusi seragam nilai sinyal input, kebisingan kuantisasi merupakan sinyal-acak terdistribusi seragam dengan-ke-puncak amplitudo puncak satu level kuantisasi, membuat rasio amplitudo 2 n / 1. Rumusnya adalah maka:

Hubungan ini adalah asal dari pernyataan seperti ” 16-bit audio memiliki jangkauan dinamis 96 dB “. Setiap bit ekstra kuantisasi meningkatkan rentang dinamis oleh sekitar 6 dB.

Dengan asumsi skala penuh gelombang sinus sinyal (yaitu, quantizer ini dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki minimal sama dan nilai-nilai maksimum sebagai sinyal input), kebisingan kuantisasi mendekati sebuah gelombang gigi gergaji dengan-ke-puncak amplitudo puncak satu tingkat kuantisasi dan distribusi seragam. In this case, the SNR is approximately Dalam hal ini, SNR kira-kira

Floating point

Floating-point nomor menyediakan cara untuk trade off-to-noise rasio sinyal untuk peningkatan dalam jangkauan dinamis. Untuk n bit bilangan floating-point, dengan bit nm pada mantissa m bit dan dalam eksponen :

Perhatikan bahwa rentang dinamis jauh lebih besar dari fixed-point, tetapi dengan biaya yang lebih buruk rasio signal-to-noise. Hal ini membuat floating-point lebih baik dalam situasi di mana rentang dinamis yang besar atau tidak terduga. Implementasi Fixed-point’s sederhana dapat digunakan dengan tidak merugikan kualitas sinyal dalam sistem di mana dynamic range kurang dari 6.02m. Dinamika berbagai macam sangat floating-point dapat posisi yang kurang menguntungkan, karena memerlukan lebih banyak pemikiran dalam algoritma perancangan.

Optik SNR

Optical sinyal memiliki frekuensi pembawa, yang jauh lebih tinggi daripada frekuensi modulasi (sekitar 200 THz dan lebih). Dengan cara ini bandwidth kebisingan meliputi bandwidth yang jauh lebih lebar dari sinyal itu sendiri. Pengaruh sinyal yang dihasilkan bergantung terutama pada penyaringan kebisingan. Untuk menggambarkan kualitas sinyal tanpa receiver memperhitungkan SNR optik (OSNR) digunakan. OSNR adalah perbandingan antara daya sinyal dan daya kebisingan di bandwidth seperti yang diberikan. Umumnya lebar pita referensi 0,1 nm digunakan. Bandwidth ini independen dari format modulasi, frekuensi dan penerima. Sebagai contoh sebuah OSNR dari 20dB/0.1nm bisa diberikan, bahkan sinyal 40 Gb DPSK tidak akan masuk dalam bandwidth ini. OSNR diukur dengan Optical Spectrum Analyzer

 

 

 

SISTEM KOMUNIKASI

BER & SNR

( Bit Error Rate & Signal to Noise Rasio )

diajukan sebagai salah satu tugas mata kukiah Sinyal & Sistem Digital

 

 

                   PENYUSUN                                 

Feri Rakhmat S                           208701023

Irfan Nurhadiansyah             208701031

 

TEKNIK ELEKTRO

 

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANDUNG

2010

 

Abstrak

 

 

Tugas Akhir ini menitik beratkan pada pembuatan antenna Dipole untuk aplikasi frekuensi VHF pada TV yang bekerja pada frekuensi 800 MHz untuk sebuah gelombang radio.  Selain itu, antenna dipole juga merupakan solusi murah untuk daerah daerah terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antenna sederhana ini (dipole) dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda.

Untuk antenna VHF 2 meteran, konfigurasi antenna yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal. Antenna dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujungujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujungujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.

Pembuatan antenna dengan satu trap ,yang mampu bekerja pada band 80 meter, 40 dan 15 meter dengan kepanjangan total sekitar 21-23 meter. Kemudian dilakukan analisa terhadap pola radiasi, gain, polarisasi, dan directivity. Mengingat selama ini masyarakat hanya mengenal keunggulan antena TV biasa tanpa mengetahui bukti riil yang ditinjau dari segi keilmuan. Sesuai dengan nama antenna dipole, antena ini menggunakan kawat dan bahan pipa paralon yang dilapisi dengan lakban alumunium serta untuk pencatuan diperlukan kabel coaxial.

Dari hasil pengukuran dan analisa diperoleh hasil bahwa antenna dipole adalah antenna omnidirectional yang mempunyai keterarahan sinyal. Permasalahan perencanaan antenna dipole ini  adalah bagaimana merencanakan dan merealisasikan suatu antena dipole agar mempunyai karakteristik yang diinginkan yaitu VSWR, gain, directivity, pola radiasi, impedansi, polarisasi, efisiensi dan beamwidth sehingga antena tersebut memenuhi syarat untuk digunakan . dibatasi pada antena dipole  4 elemen, frekuensi kerja GSM 800 – 900 MHz, pengukuran parameter antena yaitu Gain, pola radiasi, impedansi, bandwidth dan polarisasi.

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

Pada bab ini akan berisi mengenai materi yang memberikan penggambaran secara umum hal-hal yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini. Beberapa hal tersebut antara lain:

• Latar belakang

• Tujuan

• Batasan masalah

• Metodologi

• Sistematika pembahasan

 

1.1              Latar Belakang

Antena dipole yang paling umum adalah jenis antenna yang digunakan untuk menangkap sinyal VHF televisi , sering disebut bahasa sehari-hari nya sebagai “telinga kelinci” atau “antenna telinga kelinci.” Sementara di sebagian besar aplikasi elemen dipole diatur sepanjang baris yang sama, telinga kelinci yang dapat disesuaikan panjang dan sudutnya, dipole lebih besar kadang-kadang digantung di bentuk V dengan pusat dekat peralatan radio di tanah atau berakhir di tanah dengan pusat yang didukung.. Beberapa elemen ekstra untuk mendapatkan penerimaan yang lebih baik seperti loop (terutama untuk transmisi VHF), yang dapat turnable sekitar sumbu vertikal, atau dial, yang memodifikasi sifat listrik antena pada setiap posisi dial.

Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini (dipole) dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.

Keadaan seperti inilah yang sangat dibutuhkan di tempat-tempat terpencil seperti itu untuk membuat keadaan gelombang elektromagnetik di alam dapat ditangkap lebih sempurna. Antena Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang radio.

 

1.2              Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah memahami konsep antena dipole , merancang dan membuat antenna dipole yang bekerja pada frekuensi 800 MHz dengan menggunakan media pipa bekas dan kabel coaxial (untuk di feed) sebagai subantena. Juga dengan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana , sehingga didapatkan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan membeli antena grid. Selain itu, dengan menggunakan antena dipole bisa didapat gain antenna yang lebih besar bila dibandingkan dengan antenna radio biasa sehingga jarak jangkau antena juga bisa lebih jauh karena dipole bisa langsung di “feed” dengan kabel transmisi. Secara teoritis dipole sederhana 1/2 lamda mempunyai impedansi input sekitar 72 Ohm, cocok dengan kabel transmisi 75 Ohm. Sehingga dapat dibuat untuk antenna VHF sedrhana.

 

1.3              Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini akan dibuat antena dipole yang bekerja pada  frekuensi 800 MHz. Rumusan masalah pada proyek akhir ini antara lain :

1. Bagaimana menekan biaya seminimal mungkin dengan merancang antena yang ekonomis. Antena built up yang ada ternyata membutuhkan biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan merancang sendiri.

2. Bagaimana membuat proses pengerjaan antenna dipole dengan mudah dan jelas.

3. Bagaimana membuat antenna dipole menghasilkan performansi gain antena yang optimal.

4. Bagaimana membuat antrenna VHF sederhana dengan menggunakan dipole.

 

Batasan masalah pada proyek akhir ini adalah :

 

Permasalahan perencanaan antena adalah bagaimana merencanakan dan merealisasikan suatu antena dipole agar mempunyai karakteristik yang diinginkan yaitu VSWR, gain, directivity, pola radiasi, impedansi, polarisasi, efisiensi dan beamwidth sehingga antena tersebut memenuhi syarat untuk digunakan . dibatasi pada antena dipole  4 elemen, frekuensi kerja GSM 800 – 900 MHz, pengukuran parameter antena yaitu Gain, pola radiasi, impedansi, bandwidth dan polarisasi.

 

1.4              Metodologi Penelitian

Perencanaan serta pembuatan antena dipole ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Studi literatur tentang permasalahan yang ada serta mengumpulkan data-data yang dianggap penting dan menunjang.

2. Mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

3. Memulai proses membuat antena dipole.

4. Melakukan pengukuran parameter antenna.

5. Melakukan analisa dan evaluasi.

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah:

  1. Studi literatur

Dalam mempelajari bagaimana cara membuat antenna dipole, dilakukan  dengan  cara  mencari  dan  mempelajari  referensi  yang berhubungan  dengan perancangan  dan  pembuatan  antena  Dipole yang bekerja pada 800 MHz. Pendalaman  literatur dan pengambilan data dilakukan dengan  cara browsing  di  intrenet atau dari  buku yang bersangkutan dengan tema.

  1. Mempersiapkan alat dan bahan

Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat antenna dipole 800 MHz. Bahan-bahan yang termasuk piranti elektronik dibeli di toko elektronik atau took komputer. Bahan lainnya dibeli di toko bangunan & toko peralatan rumah tangga. Sedangkan bahan yang sulit untuk diperoleh tapi sekiranya bisa untuk dibuat sendiri maka bahan tersebut dapat dibuat sendiri. Sebagian besar alat bisa diperoleh dengan mudah karena menggunakan alat-alat yang sederhana.

  1. Proses pembuatan antenna dipole

Pada tahap ini, proses yang dikerjakan adalah membuat antena dipole. Diusahakan pembuatan dilakukan dengan cara yang sesederhana mungkin dengan menggunakan peralatan

 

dan bahan yang sederhana namun tetap menghasilkan antenna dipole yang baik dan rapi serta memiliki performansi yang handal.

  1. Melakukan pengukuran parameter antenna

Setelah antena jadi, dilakukan pengukuran parameter antena dipole. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran pola radiasi, gain, polarisasi dan directivity. Dari pengukuran inilah akan diketahui apakah parameter-parameter yang didapat merupakan parameter yang baik untuk digunakan sebagai antena penerima.

  1. Analisa dan evaluasi

Melakukan uji coba alat untuk mencari masalah yang mungkin terjadi, mengevaluasi  jalannya  alat  tersebut dan melakukan  perbaikan  jika  ada kesalahan. Dan dibuat kesimpulan sesuai hasil analisa.

 

1.5              Sistematika Pembahasan

Untuk  memudahkan  dalam  memahami  tugas  akhir  ini,  maka  penulis menguraikan  sistematika pembahasan sebagai berikut:

 

Bab I  PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini menjelaskan tahap awal dari penulisan berupa latar belakang, ,  rumusan masalah,  batasan masalah, maksud dan tujuan, metode  penulisan,  dan sistematika penulisan.

 

Bab II TEORI DASAR

Pada  bab  ini  berisi  tentang  teori  dasar  antena  Dipole  serta  teori-teori  yang  menunjang dalam pembuatan antenna Dipole.

 

Bab III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA DIPOLE

Pada  bab  ini  dijelaskan  langkah-langkah  perancangan, pengukuran serta  pembuatan  Antenna Dipole 800 MHz.

 

Bab IV PENUTUP

Bab  ini  berisi  kesimpulan  dari  pembahasan  pada perancangan  awal  serta  analisa  yang  diperoleh.  Untuk  lebih meningkatkan mutu dari sistem yang telah dibuat maka diberikan saran-saran untuk perbaikan dan penyempurnaan sistem.

 

DAFTAR PUSTAKA

Pada bab  ini  berisi  tentang  referensi-referensi  yang  telah dipakai  oleh  penulis  sebagai  acuan  dan  penunjang  yang mendukung penyelesaian tugas ini.

 

BAB II

TEORI DASAR

 

2.1       Umum

Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang mendasari permasalahan dan penyelesaian tugas akhir ini. Diantaranya adalah pengertian antena yang meliputi penjelasan definisi antenna , gain, impedansi input, directivity , VSWR.. Selanjutnya akan dijelaskan  pula mengenai antenna dipole yang dibangun pada proyek tugas akhir ini, parameter-parameter pada antenna dipole ini diantaranya yaitu pola radiasi antenna dipole, polarisasi antenna dipole, cara matching antenna dipole, konfigurasi antenna dipole, macam-macam dipole,dan aplikasi antenna dipole.

 

2.2       Pengertian Antenna

Salah satu bagian penting dari suatu stasiun radio adalah antenna. Antenna adalah transformator atau struktur transisi antara antenna gelombang terbimbing (saluran transmisi) dengan gelombang ruang bebas atau sebaliknya,ia adalah sebatang  logam yangberfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan memancarkannya sebagai gelombang  radio. Ia berfungsi pula sebaliknya   ialah   menampung   gelombang   radio dan meneruskan  gelombang  listrik  ke receiver.

Secara umum, antenna dibedakan menjadi antenna isotropis, antenna omnidirectional, antenna directional, antenna phase array, antenna optimal dan antenna adaptif. Antenna isotropis (isotropic) merupakan sumber titik yang memancarkan daya ke segala arah dengan intensitas yang sama, seperti permukaan bola. Antenna ini tidak ada dalam kenyataan dan hanya digunakan sebagai dasar untuk merancang dan menganalisa struktur antenna yang lebih kompleks. Antenna omnidirectional adalah antenna yang memancarkan daya ke segala arah, dan bentuk pola radiasinya digambarkan seperti bentuk donat (doughnut) dengan pusat berimpit. Antenna ini ada dalam kenyataan, dan dalam pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antenna yang lebih kompleks.Contoh antenna ini adalah antenna dipole setengah panjang gelombang.

Antenna directional merupakan antenna yang memancarkan daya ke arah tertentu. Gain antenna ini relatif lebih besar dari antenna omnidirectional. Contoh, suatu antenna dengan gain 10 dBi (kadang-kadang dinyatakan dengan “dBic” atau disingkat “dB” saja). Artinya antenna ini pada arah tertentu memancarkan daya 10 dB lebih besar dibanding dengan antenna isotropis. Ketiga jenis antenna di atas merupakan antena tunggal, dan bentuk pola radiasinya tidak dapat berubah tanpa merubah fisik antena atau memutar secara mekanik dari fisik antenna.

Selanjutnya adalah antenna phase array, yang merupakan gabungan atau konfigurasi array dari beberapa antenna sederhana dan menggabungkan sinyal yang menginduksi masing-masing antenna tersebut untuk membentuk pola radiasi tertentu pada keluaran array. Setiap antenna yang menyusun konfigurasi array disebut dengan elemen array. Arah gain maksimum dari antenna phase array dapat ditentukan dengan pengaturan fase antar elemen-elemen array.

Antenna optimal merupakan suatu antenna dimana penguatan (gain) dan fase relatif setiap elemennya diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan kinerja (performance) pada keluaran yang seoptimal mungkin. Kinerja yang dimaksud kinerja antara lain Signal to Interference Ratio (SIR) atau Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR). Optimasi kinerja dapat dilakukan dengan menghilangkan atau meminimalkan penerimaan sinyal-sinyal tak dikehendaki (interferensi) dan mengoptimalkan penerimaan sinyal yang dikehendaki.

Antenna adaptif merupakan pengembangan dari antenna antenna phase array maupun antenna optimal, dimana arah gain maksimum dapat diatur sesuai dengan gerakan dinamis (dynamic fashion) obyek yang dituju. Antenna dilengkapi dengan Digital Signal Proccessor (DSP), sehingga secara dinamis mampu mendeteksi dan melecak berbagai macam tipe sinyal, meminimalkan interferensi serta memaksimalkan penerimaan sinyal yang diinginkan.

Kuat   tidaknya   pancaran   kita   yang   sampai   di   pesawat   lawan   bicara, se- baliknya baik buruknya   penerimaan   kita   tergantung   dari   beberapa   faktor. Faktor pertama  adalah kondisi propagasi,  faktor kedua  adalah  posisi  stasiun (posisi antena) beserta lingkungannya, faktor ketiga adalah kesempurnaan antenna.

Untuk pancaran ada faktor ke­empat ialah kelebaran bandwidth pancaran kita dan faktor kelima adalah power.

Keunggulan  suatu  sistem telekomunikasi  tidak  hanya  ditentukan  oleh kualitas  pemancar  dan  penerimanya  saja, namun juga sangat dipengaruhi oleh kualitas pemancaran  dan  penerimaan  antenna,  diantaranya  ialah  antenna  dipole. Antenna dipole merupakan antena  fundamental untuk pemancaran  dan  penerimaan  gelombang radio.

 

2.3              Gain Antenna

Pancaran gelombang radio oleh antena makin jauh makin lemah, melemahnya pancaran itu berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, jadi pada jarak dua kali lipat kekuatannya menjadi 1/(2 * 2) atau seperempatnya. Angka tersebut masih belum memperhitungkan melemahnya pancaran karena hambatan lingkungan dalam perjalanannya.

 

 

 

Kecuali sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena adalah bahwa kekuatan pancaran ke berbagai arah cenderung tidak sama. Pancaran gelombang radio oleh antena vertikal mempunyai kekuatan yang sama ke segala arah mata angin, pancaran semacam ini dinamakan omni-directional. Pada antena dipole, pancaran ke arah tegak lurus bentangannya besar sedang pancaran ke samping kecil, pancaran semacam ini disebut bi-directional.

Dalam teknik radio kekuatan pancaran ke segala arah digambarkan sebagai pola pancaran (radiation pattern) seperti terlihat pada gambar berikut ini. Pola 1 adalah pola pancaran antena dipole (antena 1), apabila ada antena lain (antena 2) yang mempunyai pola radiasi seperti pada pola 2, maka titik A akan menerima signal lebih kuat daripada pancaran antena 1, dikatakan bahwa antena 2 mempunyai GAIN. Gain dinyatakan dengan dB.

Gain Antena adalah rasio daya permukaan dipancarkan oleh antena dengan kekuatan permukaan dipancarkan oleh hipotetis antena isotropik :

 

 

Daya permukaan yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik adalah:

      Daya permukaan dipancarkan oleh feed antena isotropik dengan kekuatan yang sama adalah:

        Mensubstitusikan nilai untuk kasus dipol pendek, hasil akhir adalah:

                               = 1.5 = 1.76 dBi = 1.5 = 1,76 dBi

        dBi berarti desibel keuntungan, relatif terhadap sebuah sotropic antena i.

 

2.4              Impedansi Input

Impedansi input adalah impedansi yang diukur pada titik catu pada terminal antena yang merupakan perbandingan tegangan dan arus pada titik tersebut. Impedansi input selain ditentukan oleh letak titik catu antena, juga dipengaruhi oleh antena lain atau benda-benda yang berada disekitar antena serta frekuensi kerjanya. Impedansi input antena dinyatakan dalam bentuk kompleks yang memiliki bagian real dan bagian imajiner. Bagian real merupakan resistansi (tahanan) masukan yang menyatakan daya yang diradiasikan oleh antena pada medan jauh. Sedangkan bagian imajiner merupakan reaktansi masukan yang menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat antena, atau dapat ditulis dengan :

 

Impedansi input dapat juga dihitung dengan rumus :

 

 

Dimana:

Zin = Impedansi Input (Ohm)

V = Tegangan terminal input (Volt)

I = Arus terminal input (A)

 

Impedansi antena penting untuk pemindahan daya dari pemancar ke antena dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate match. Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima.

 

2.5              VSWR

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) merupakan kemampuan suatu antena untuk bekerja pada frekuensi yang diinginkan. Pengukuran VSWR berhubungan dengan pengukuran koefisien refleksi dari antena tersebut. VSWR sangat dipengaruhi oleh impedansi input. Impedansi antena penting untuk pemindahan daya dari pemancar ke antena dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate match. Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima. Perbandingan level tegangan yang kembali ke pemancar (V-) dan yang datang menuju beban (V+) ke sumbernya lazim disebut koefisien pantul atau koefisien refleksi yang dinyatakan dengan simbol “Γ” atau dapat dituliskan:

 

Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik saluran (Zo) dan impedansi beban/ antena (Zl) dapat ditulis:

 

 

Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa pantulan / match) sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke beban seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya semula. Maka untuk pengukuran VSWR besar nilai VSWR yang ideal adalah 1, yang berarti semua daya yang diradiasikan antenna pemancar diterima oleh antena penerima (match).

 

Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang dipantulkan juga semakin besar dan semakin tidak match.

 

 

 

 

 

 

2.6              Directivity (pengarahan)

Directivity suatu antenna dapat diperkirakan dengan menggunakan pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang E dan bidang H. Secara matematis dapat dituliskan :

 

dimana       = sudut pada titik setengah daya bidang H (radian)

                = sudut pada titik setengah daya bidang E (radian)

 

Jika sudut terukur dalam bentuk derajat maka kita juga dapat menggunakan rumus:

 

 

2.7              Antenna Dipole

Sebuah antenna dipole adalah sebuah radio antenna yang dapat dibuat sangat sederhana dengan menggunakan kawat . Ini terdiri dari dua konduktor logam batang atau kawat, paralel berorientasi dan collinear satu sama lain (sesuai dengan satu sama lain), dengan ruang kecil di antara mereka. Frekuensi radio tegangan diberikan ke antena di tengah, antara dua konduktor. Antenna ini adalah antenna praktis sederhana dari sudut pandang teoretis. Mereka digunakan sendiri sebagai antenna,   terutama di daerah-daerah  terpencil ,sering disebur “telinga kelinci” antena televisi , dan sebagai unsur didorong dalam banyak jenis antena, seperti Yagi. Antenna Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang radio.

 

 

 

Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.

 

 

 

 

2.8              Pola Radiasi Antenna Dipole

Salah  satu  karakteristik  antenna  dipole tunggal yang akan dibahas disini adalah pola radiasi  antenna. Pola  radiasi  antena  terjadi karena  adanya  gelombang  elektromagnetik yang  dipancarkan  lewat  udara  bebas  dalam suatu  bentuk  radiasi  (pancaran) tertentu dalam medan radiasi, yaitu medan jauh (Farfield/Fraunhofer) [2,3,4,7,11,15]. Pola radiasi antenna bisa  berubah-ubah  berdasarkan  nilai parameter  yang ditentukan  sebagai  variabel, misalnya faktor pengali panjang gelombang.

Dipole memiliki omnidirectional pola radiasi, berbentuk seperti toroida (doughnut) simetris terhadap sumbu dipole. Radiasi maksimum pada sudut kanan dipole, jatuh ke nol pada sumbu antena. Keuntungan maksimum teoritis dari sebuah dipole Hertzian adalah 10 log 1,5 atau 1,76 dBi. Keuntungan teoritis maksimum λ/2-dipole adalah 10 log 1,64 atau 2,15 dBi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                Pola radiasi antena dipole setengah gelombang.                           Keuntungan dari dipole setengah gelombang

Skala adalah linier.                                                                        (sama dengan kiri).

Skala ini dalam dBi (desibel lebih isotropic).

2.9              Polarisasi Antenna Dipole

Gelombang elektromagnet yang melaju di udara atau di angkasa luar terdiri atas komponen gaya listrik dan komponen gaya magnet yang tegak lurus satu sama lain. Gelombang radio yang memancar dikatakan terpolarisasi sesuai arah komponen gaya listriknya. Untuk antena dipole maka polarisasinya searah dengan panjang bentangannya, bila antena tersebut dipasang horizontal, maka polarisasinya horizontal pula. Agar dapat menerima gelombang radio secara baik, maka antena harus mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi gelombang radio yang datang.

Arah polarisasi ini akan tetap sepanjang lintasan gelombang radio kecuali bila gelombang tersebut sudah dipantulkan oleh ionosphere, maka polarisasinya bisa berubah. Untuk itu, maka antena untuk keperluan komunikasi jarak jauh pada HF atau MF dapat dibuat vertikal atau horizontal. Pada band MF dan HF, biasanya kita gunakan polarisasi horizontal sedangkan untuk VHF (pada radio 2 meteran) biasa digunakan polarisasi vertikal. Kita tahu bahwa pancaran VHF tidak menggunakan pantulan ionosphere sehingga polarisasinya sampai ke antena pesawat lawan bicara masih tetap vertikal. Sedangkan pesawat 2 meteran banyak dipasang pada mobil dan antenna mobil hanya bisa vertikal saja.

 

 

 

 

2.10          Cara Matching Antenna Dipole

Cara matching antenna yang baik ialah dengan menggunakan alat khusus ialah DIP METER dan IMPEDANCE METER atau dapat juga menggunakan SWR ANALYZER. Apabila alat tersebut tidak tersedia, matching dilakukan dengan menggunakan transceiver dan SWR meter.

Pertama-tama pasanglah antenna dengan konfigurasi yang dikehendaki. Pasanglah SWR meter diantara transceiver dengan transmission line (coaxial cable).. Selanjutnya atur transceiver pada power yang paling rendah, sekitar 5-10 Watt dengan mode AM atau CW. Tentukan frekeuensi kerja yang dikehendaki, misalnya 3.850 MHz. Coba transmit sambil mengamati SWR meter, putarlah tombol pengatur frekuensi sedemikian sehingga didapatkan Standing Wave Ratio (SWR) yang paling rendah. Bila frekuensi tersebut lebih rendah dari 3.850 MHz berarti sayap-sayap dipole terlalu panjang, jadi harus diperpendek.

Bila frekuensi terlalu tinggi berarti sayap-sayap dipole-nya terlalu pendek. Untuk memperpanjang haruslah disambung, ini kurang menyenangkan. Jadi pemotongan awal antenna harus dilebihi dari panjang theoritis, dan pada waktu dipasang dilipat balik sehingga panjangnya sama dengan panjang theoritis. Bila frekuensi match terlalu rendah, perpendek antena 10 CM setiap sayapnya. Bila masih terlalu rendah diperpendek lagi. Begitu seterusnya sehingga diperoleh SWR yang rendah ialah kurang dari 1:1.5.

 

 

 

Cara memendekkan tidak dengan dipotong tetapi dilipat balik dan menumpuk rapat, lipatan yang mencuat akan membentuk capasitance head dan mempengaruhi SWR .

Antenna dipole dapat dioperasikan secara harmonic, ialah dipekerjakan pada frekuensi kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya.  Misalnya antena untuk 7 MHz dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21 MHz (kelipatan 3). Tentu saja SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan pada frekuensi aslinya.

Penempatan antena disarankan agak jauh dari kawat telepon dan kawat listrik untuk menghindari timbulnya telephone interference dan television interference. Bentangan antenna yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat listrik dengan jarak kurang dari lima meter akan dapat menimbulkan gangguan pada pesawat telepon, televisi dan perangkat audio lainnya.

Makin rendah letak antenna, sayap-sayapnya cenderung makin pendek. Untuk itu dalam pekerjaan matching, antenna diletakkan pada ketinggian yang sebenarnya. Begitu pula diameter kawat akan berpengaruh terhadap panjangnya, makin besar diameter makin pendek antenanya, Hal ini disebabkan karena kapasitansi antenna terhadap bumi. Matching antenna pada saat tanah basah, misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek.

Kecuali itu dalam pemasangan antenna perlu memperhatikan lingkungan yang mungkin mengganggu antenna itu sendiri. Misalnya adanya atap dari bahan seng atau atap rumah yang dilapisi dengan aluminium foil cenderung akan menyulitkan matching antenna.

 

2.11          Konfigurasi Antenna Dipole

Berbagai macam cara untuk memasang antena tergantung dari tersedianya space yang dapat diguakan untuk memasangnya. Antena single wire dipole dapat dipasang horizontal (sayap kiri dan kanan sejajar dengan tanah), dapat pula dipasang dengan konfigurasi inverted V (seperti huruf V terbalik), dengan konfigurasi V (seperti huruf V), konfigurasi lazy V (ialah berentuk huruf V yang tidur) atau dapat juga konfigurasi sloper (miring).

Antena dipole dapat dipasang tanpa menggunakan balun akan tetapi bila feeder line menggunakan coaxial cable sebaiknya dipasang balun 1:1 karena coaxial cable itu unbalance, sedangkan antenanya balance, agar diperoleh pola radiasi yang baik.

 

 

 

 

 

 

2.12          Macam-macam Antenna Dipole

 

v    Trap Dipole

Untuk stasiun radio yang space antenanya terbatas dapat diatasi dengan membelokkan ujung antena disesuaikan ruangan yang tersedia. Cara lain adalah dengan menggunakan antena trap dipole, antena dengan satu trap dapat bekerja pada 3 band. Berikut ini diberikan contoh pembuatan antena dengan satu trap yang mampu bekerja pada band 80 meter, 40 dan 15 meter dengan kepanjangan total sekitar 21-23 meter.

 

 

 

Panjang sayap bagian dalam a sekitar 10 meter dan panjang sayap bagian ujung b sekitar 1.5 sampai 2 meter. Panjang bagian-bagian tersebut sangat tergantung pada lingkungan, sehingga harus dicoba-coba, sedang ukuran trap adalah 80 μH.

Setelah antena dipasang penuh, matching pertama dilakukan pada band 40 meter, segmen sayap a diatur panjangnya sehingga match pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada 800 MHz. Bila antena sudah match pada ferkuensi tersebut, pekerjaan dilanjutkan pada band 80 meter. Dengan mengatur sayap-sayap bagian ujung (segmen b) antena diusahakan match pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada frekuensi 800 MHz.

 

v    Rotary Dipole

 

 

 

Antenna dipole dapat pula dibuat dari pipa aluminium, antenna semacam ini bisa diputar- putar sehingga dinamakan rotary dipole. Untuk band-band 10 meter sampai dengan 40 meter, masih dapat dibuat dengan panjang 1⁄2 lambda penuh.

Akan tetapi untuk band 80 meter akan sulit konstruksinya karena terlalu panjang sehingga ujung-ujungnya akan melengkung dan tidak kuat. Dengan menggunakan cara seperti pada trap dipole, maka rotary dipole dapat dibuat untuk band 80 meter.

Dengan mengubah-ubah jumlah gulungan pada trap dan mengubah-ubah letak trap, antena trap dipole dapat diatur panjangnya sesuai kebutuhan, dengan konsekuensi tidak dapat digunakan untuk 3 bander oleh rekan-rekan amatir radio. Untuk mengubah-ubah jumlah gulungan dan mengubah-ubah letak trap tidak dibahas disini dan rekan-rekan amatir radio dipersilahkan untuk bereksperimen sendiri.

 

v    Dipole Setengah Panjang Gelombang

Antenna jenis ini  adalah suatu kasus khusus di mana kawat masing-masing persisnya seperempat(1/4) panjang gelombang, untuk suatu total setengah panjang gelombang. Radiasi hambatan adalah sekitar 73 ohm jika diameter kawat diabaikan, sehingga mudah disesuaikan dengan jalur transmisi koaksial. Direktivitas adalah 1,64 konstan, atau 2,15 dB. Keuntungan yang sebenarnya akan sedikit kurang karena kerugian ohmik. Resistensi akan dijelaskan dengan persamaan berikut:

 

 

 

v    Dilipat Dipole

Sebuah dipole dilipat adalah dipole setengah gelombang dengan kabel tambahan yang menghubungkan dua berakhir. Jika kawat tambahan memiliki diameter yang sama dan lintas-bagian sebagai dipole, dua arus memancar hampir identik yang dihasilkan. Pola medan jauh emisi yang dihasilkan hampir sama dengan yang untuk kawat-tunggal dipole yang dijelaskan di atas, namun, pada resonansi input (feedpoint) impedansi R d f adalah empat kali resistansi radiasi dari dipole-kawat tunggal.

kita dapat menuliskan :

 

 

 

Oleh karena itu,

 

 

Dipole dilipat Oleh karena itu juga cocok dengan 300-Ohm jalur transmisi seimbang.

Dipole Hertzian

Dipole Hertzian adalah dipole pendek teoritis (jauh lebih kecil dari panjang gelombang) dengan arus seragam sepanjang panjangnya. Sebuah dipole Hertzian sejati tidak dapat secara fisik ada, karena distribusi arus diasumsikan menyiratkan akumulasi biaya tak terbatas pada ujung-ujungnya. Hambatan radiasi diberikan oleh:

 

dimana Z 0 adalah impedansi ruang bebas . Hal ini justru empat kali radiasi dari dipole pendek nyata dengan distribusi arus linier meruncing.

Hambatan radiasi biasanya sebagian kecil dari sebuah ohm, membuat dipol sangat kecil radiator tidak efisien.. Directivity D, yang merupakan keuntungan teoritis dari antena dengan asumsi tidak ada kerugian ohmik (tidak nyata), adalah sebuah konstan 1,5, yang sesuai dengan 1,76 dB.. Keuntungan sebenarnya akan jauh lebih karena kerugian ohmik dan kerugian yang melekat dalam menghubungkan jalur transmisi ke antena, yang sangat sulit dilakukan secara efisien mengingat resistansi radiasi sangat rendahAperture efektif maksimum adalah:

Hasil mengejutkan adalah bahwa meskipun dipol Hertzian adalah menit,     aperture efektif adalah sebanding dengan antena kali ukurannya.

 

2.13          Aplikasi Antenna Dipole

Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.

Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang 1⁄4 Lambda dan disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah dapat digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan ground plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3 atau 4 biji dipasang horizontal. Panjang masing-masing ground plane 1⁄4 lambda, antena semacam ini disebut antena ground plane. Kecuali antena ground plane, antena VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang dipasang vertikal. Pada antena ini harus diperhatikan tarikan coaxial cable ialah harus tegak lurus arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan dipole.

 

 

Bab III
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA DIPOLE

3.1 Perhitungan Dipole 800 Mhz

Antena Dipole sebenarnya merupakan sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekuensi kerja yang diinginkan. Kawat yang dipakai sebaiknya minimal ukuran AWG (American Wire Gauge ) # 12 atau diameter 2mmm. Lebih besar akan lebih baik secaramechanical strength.maka panjang total sebuah Dipole ( L ) adalah 0,5 x x K dimana adalah panjang gelombang diudara dan K adalah velocity factor pada kawat tembaga.Untuk ukuran kawat tembaga yang relative kecil ( hanya ber-diameter beberapa mm ) jika dibandingkan setengah panjang gelombang, maka nilai K diambil sebesar 0,95 dan cukup memadai sebagai awal start.

Sehingga rumus untuk menghitung total
panjang sebuah antena Dipole adalah

Dimana :
f = adalah frekuensi kerja yang
diinginkan.
= adalah panjang gelombang diudara
L = adalah panjang total antena Dipole
K = adalah velocity factor yang diambil
sebesar 0,95.

Dik : f = 800 Mhz

Dit : …?
= 300 /800
= 0, 375 m
L = 0,5 x K x
= 0,5 x 0,95 x 0,375
= 0,178 m
= 17,8 cm

Jadi , untuk panjang gelombang total di udara yaitu 0,375 m ,total sebuah dipole yang memilki frekuensi 800 Mhz yaitu 17,8 cm. Karena antenna dipole ini 1/2 lambda,maka total ini dibagi dua menjadi 8,9 cm tiap 1/4 dipole.

3.2 Alat-alat :

– Solder listrik
– Penggaris
– Alat pemotong almunium/gergaji kecil
– Cutter
– Tang
– Obeng

3.3 Bahan :

– Timah solder
– Kabel coaxial RG 58/U sepanjang 2 meter
– Antena radio biasa 2 buah
– 1 buah connector male
– 1 buah connector female
– Tembaga / Aluminium 1 meter
– Pencatuan antenna yagi dipotong bagian pencatuan nya saja sebagai pengganti unbalance.

3.4 Pembuatan Antenna Dipole

Antena Dipole sebenarnya balance, sehingga sebaiknya diumpan melalui sebuah BALUN (singkatan dari BALance – UNbalance ) setelah sebelumnya signal radio melalui kabel coaxial dari Transceiver.
Tetapi karena keterbatasan biaya yang dibutuhkan,maka untuk pembuatan antenna dipole ini mohon maaf tidak sesuai dengan teori diatas. Kami menggantinya dengan 2 antena radio biasa karena merupakan sebuah tembaga juga yang menghasilkan aliran gelombang elektromagnetik. Dan untuk Balun kami mencatu nya dengan pencatuan antenna yagi untuk meredam radiasi atau lebih sedikit mengurangi interferensi. Dan untuk hasilnya, sangat baik ketika dicatu langsung ke televisi sebelum televisi itu dicatu menggunakan antenna dipole ini.
Langkah-langkahnya yaitu :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan dibutuhkan
2. Lakukan perhitungan untuk menentukan panjang gelombang di udara agar kita mengetahui total panjangnya berapa. Lalu hitung total panjang antenna dipole tersebut menggunakan rumus di atas. Kemudian total panjang itu dibagi 2 karena antenna dipole ini merupakan ½ lambda.
3. Siapkan 2 buah antenna radio biasa. Tentukan panjang nya sesuai perhitungan diatas.
4. Masukkan antenna radio itu (bagian belakang nya) satu persatu ke dalam aluminium yang panjangnya sudah dipotong sesuai dengan masing masing dipole tersebut.
5. Lalu solder menggunakan timah agar lebih kuat.
6. Lalu masukkan masing-masing dipole itu ke pancatuan. Gunakan kabel bekas pemotongan pencatuan antenna yagi untuk menyambungkan ke massa pencatuan itu sehingga tersambung dengan aluminum yang berisi antenna tembaga radio.
7. Lalu solder menggunakan timah agar lebih kuat.
8. Siapkan kabel coaxial
9. Potong sedikit bagian ujung kabel,untuk menyambungkan nya langsung ke connector male. Ketika memotong,bagian serat dalam kabel itu jangan sampai terpotong,harus dipisahkan bagian memotong nya.karena serat bagian luar digunakan untuk ground plane dan serat bagian dalam untuk dihubungkan ke dipole langsung (pancatuan) masing-masing dipole.
10. Lalu solder connector male tersebut sehingga terhubung dengan kabel coaxial.

 

11. Pasangkan connector female nya sehingga langsung terpasang ujung kabel coaxial nya.
12. Pasang kembali tutup pencatuan (bagian tengah) dipole agar terjaga.
13. Karena tidak adanya SWR meter untuk menentukan frekuensi terendah ,maka untuk antenna radio bisa ditarik ulur sehingga bisa ditentukan sendiri frekuensi yang matching dengan VHF panjang masing-masing dipole ini.

14. Cobalah hubungkan langsung dengan televisi. Lihat perbedaan sebelum dicatu dan susudah dicatu menggunakan dipole ini. Atur ketinggian antenna dipole tersebut agar dapat hasil yang lebih maksimal.

 

 

15. Selesai dan kita lihat hasilnya.

Bab IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

 Jadi ,setelah kita lakukan pembuatan antena dipole 800mhz sesuai gambar diatas antenna tesebut mampu menerima gelombang sinyal elektromagnetik secara maksimal.sebelum antenna ini dicatu k televisi ,televisi tersebut terlihat tidak jelas seperti gambar dibawah ini.

 

 

 Dan setelah antenna itu dicatu ke televisi, televisi ini terlihat semakin jelas dan layak dilhat ,tidak seperti sebelum dicatu seperti gambar dibawah ini ….

 

 

 Bila dbandingkan dengan antenna yagi yang notabenannya sama aplikasinya untuk tv yaitu 800mhz ,antenna terlihat lebih praktis dan efisien. Dan jika di pakai buat aplikasi transmitter radio, panjang kabel mempengaruhi redaman gelombang.

 

 

 Panjang fisik antena (L) juga mempengaruhi pola dan sudut radiasi, sebab nilai L (1/2 lambda) dan X (faktor pengali VHF) sebanding. Nilai L yang semakin besar menyebabkan pola radiasi tidak mengarah ke tujuan secara efektif.
 Pola radiasi yang dihasilkan oleh antenna dipole tunggal tidak mengandung minor lobe, sehingga radiasinya lebih efektif dan terarah.
 Dengan faktor efisiensi antena yang sama, akan menghasilkan nilai Gain yang lebih besar, sehingga memperluas daya tangkap radiasinya.

4.2. Saran

Dari Proyek Akhir yang telah dilakukan kiranya masih diperlukan pembenahan-pembenahan sehingga didapatkan hasil yang lebih memuaskan. Saran-saran yang dapat diberikan diantaranya adalah peningkatan keakuratan perhitungan dan keakuratan serta kerapian dalam proses pembuatan antenna dipole ini dengan menggunakan VSWR. Pemilihan bahan dan material pembuat antena yang lebih tepat serta penggunaan peralatan yang lebih diperhatikan kepresisiannya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan perhitungan secara simulasi atau perhitungan secara teoritis. Inilah sedikit saran umtuk pembuatan antenna yang lebih akurat dan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Simple, Low-Cost Wire Antennas for Radio Amateurs oleh William I. Orr –W6SAI dan Stuart
D.Cowan – W2LX.
2. The Monoband HF Dipole Antenna oleh Steve Ford – WB8IMY
3. ARRL Antenna Handbook 1982.

Catatan :
Artikel tentang Antena Dipole ini pertama kali dimuat pada Buletin LEMLOKTA Edisi- 01.

4. Fadilah, Umi and Wahyudi , Wahyudi and Hidayatno, Achmad (2011) SIMULASI POLA RADIASI ANTENA DIPOLE TUNGGAL. Undergraduate thesis, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik.
5. /Cara_Membuat_Antena_11_Mc.htm
6. Hari Satriyo Basuki Pusat Penelitian Informatika LIPI harisb1@yahoo.com antenna dan propagasi/antenna/dipole.html
7. http://wikipedia.com//antena dipole.

[Alarm+Circuit+Built+for+Motorcycles.gif]
OverviewThe circuit was designed to create an early warning alarm system against any form of theft that is significant to the owners of motorcycles or bikes.
Terminology

* Mercury Switch – a switch constructed into a sealed glass tube or envelope containing two or more electrical contacts and a small amount or a bead of liquid metal mercury
* BC547 – NPN small signal transistors designed for general purpose switching and amplification due to its low voltage, low current and three different gain selections
* BC557 – PNP general purpose transistors used for amplification and switching due to its low current and low voltage

Circuit Explanation

This alarm system can utilized any number of normally open switches like the mercury (tilt) switch. It functions by allowing or interrupting the flow of electric current in a circuit. The physical position or alignment of the switch in relation to the earth’s gravity is where the functionality of the switch depends a lot. No current will flow to the electrical contacts as long as the mercury stays on the lowest point of the glass bulb. However, once the switch is tilted at a certain angle or direction, the liquid mercury will be touching the set of contacts and will produce an electrical connection between the contacts. When the switch is tilted back to the opposite direction the electrical current stops immediately.

The mercury switch is positioned in such a way that they will close when the bike is lifted off its side stand, pushed forward off its center stand, or the steering is moved. The siren will then sound for at least one witch that will close. The alarm will reset, approximately after two minutes, when the switches have been opened again. Changing the value of capacitor C1 changes the time delay for the alarm to turn OFF. When the alarm is silent, no current is virtually used.

The circuit should be properly protected from condensation or dampness as these may cause the circuit to not to function properly. The components should fit the size of the enclosure so the wirings can be well protected. Alternatively, a hidden switch can be used instead of a key switch. Also, a relay’s normally closed contacts can be used while the ignition energizes the relay coil and the alarm will set itself upon turning OFF the ignition
Application

In general, motorcycle alarm systems function in a different way as compared with those in automobiles. These alarms can be created in several forms such as a remote receiver where the alarm has the capability to be controlled via a remote control; as tilt sensors where a mercury balance sensor is utilized by being hooked up on the motorcycle which is a guaranteed way of interference detection; and as shock sensors where a loud distress signal is produced due to the signal that is transmitted to the alarm box when the motorcycle is tampered with, touched, or moved.

Choosing the appropriate alarm system should consider the following factors like the speaker alarm dimensions, main unit dimensions, working temperature, static current, alerting volume, working frequency, range of remote, and basic functions such as auto re-arming, mute alarm, sensitivity adjustment of remote, anti-hijacking, remote finding of motorcycle, remote arm and disarm, and remote cutoff engine.

The mercury switches are very useful in different types of applications, in spite of the hazardous threat of the chemical mercury, especially when permitted to vaporize. Although it can be handled safely, the mercury can cause death or nerve damage if skin contact or accidental ingestion occurs. This is why lots of manufacturers started replacing the mercury switches with other mechanical method of interrupting electrical current. On the other hand, they are still sought because of their accuracy like the water level sensing, open/close mailbox, room thermostats, motion-activated bomb detectors, car hood and trunk light activation, and home lighting circuits.

Source:www.zen22142.zen.co.uk/Circuits/Alarm/motorcycle.htm

PSTN I

Posted: May 8, 2011 in jaringan telekomunikasi

jartel 6 PSTN-I

PSTN II

Posted: May 8, 2011 in jaringan telekomunikasi

jartel 7 PSTN-II